KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat
limpahan karunia, rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyusun makalah ini
sehingga selesai pada waktunya.
Makalah
yang berjudul “Mahalnya Pendidikan di Indonesia” ini disusun dan dibuat
berdasarkan materi yang sudah ada. Selain untuk memenuhi tugas mata kuliah
pendidikan kewarganegaraan, pembuatan makalah ini bertujuan agar dapat menambah
pengetahuan bagi para pembaca. Penulis mengharapkan semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat untuk kita semua.
Ucapan
terima kasih tak lupa penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah mendukung
dalam penyusunan makalah ini. Akhir kata, penulis menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Oleh
karena itu, diharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk penyempurnaan
makalah selanjutnya.
Malang, 6 Desember 2012
Penulis
Fajar Sholeh
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perekonomian
Indonesia semakin tak menentu, Krisis multidimensional yang terus membelenggu
negara kita tak kunjung ada ujungnya, belum nampak adanya tanda-tanda Bangsa
kita akan terbebas dari krisis multidimensional ini. Kehidupan masyarakat
semakin menderita. Segala jenis kebutuhan sudah tak terjangkau lagi oleh
masyarakat miskin. Kelaparan terjadi di banyak tempat di Indonesia, masalah
kesehatan, pendidikan juga merupakan masalah bangsa ynag belum dapat ditemukan
solusinya. Biaya untuk kesehatan dan pendidikan semakin mahal. Untuk mejadikan
Negara kita sebagai Negara yang maju, berhasil dibutuhkan generasi penerus yang
sehat dan berwawasan luas.
Pendidikan
sebagai salah satu elemen yang sangat penting dalam mencetak generasi penerus
bangsa juga masih jauh dari yang diharapkan. Masalah disana-sini masih sering
terjadi. Namun yang paling jelas adalah masalah mahalnya biaya pendidikan
sehingga tidak terjangkau bagi masyarakat dikalangan bawah. Seharusnya
pendiikan merupakan hak seluruh rakyat Indonesia seperti yang terdapat dalam
Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi salah satu tujuan Negara kita adalah mencerdaskan
kehidupan bangsa. Ini mempunyai konsekuensi bahwa Negara harus menyelenggarakan
dan memfasilitasi seluruh rakyat Indonesia untuk memperoleh pengajaran dan
pendidikan yang layak.Maka tentu saja Negara dalam hal ini Pemerintah harus
mengusahakan agar pendidikan dapat dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia.
Pendidikan merupakan faktor kebutuhan yang paling utama dalam kehidupan. Biaya
pendidikan sekarang ini tidak murah lagi karena dilihat dari penghasilan rakyat
Indonesia setiap harinya. Mahalnya biaya pendidikan tidak hanya pendidikan di
perguruan tinggi melainkan juga biaya pendidikan di sekolah dasar sampai
sekolah menengah keatas walaupun sekarang ini sekolah sudah mendapat Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) semuanya masih belum mencukupi biaya pendidikan bagi
masyarakat yang kurang mampu.
Pendidikan di
Indonesia masih merupakan investasi yang mahal sehingga diperlukan perencanaan
keuangan serta disiapkan dana pendidikan sejak dini. Setiap keluarga harus
memiliki perencanaan terhadap keluarganya sehingga dengan adanya perencanaan
keuangan sejak awal maka pendidikan yang diberikan pada anak akan terus
sehingga anak tidak akan putus sekolah. Tanggung jawab orang tua sangatlah
berat karena harus membiayai anak sejak dia lahir sampai ke jenjang yang lebih
tinggi. Mahalnya biaya pendidikan sekarang ini dan banyak masyarakat yang
berada dibawah garis kemiskinan sehingga tidak begitu peduli atau memperhatikan
pentingnya pendidikan bagi sang buah hatinya, sehingga membuat anak putus
sekolah, anak tersebut hanya mendapat pendidikan sampai pada jenjang sekolah
menengah pertama artau sekolah menengah keatas. Padahal pemerintah ingin
menuntaskan wajib belajar sembilan tahun. Jika masalah ini tidak mendapat
perhatian maka program tersebut tidak akan terealisasi. Banyak anak yang putus
sekolah karena orang tua tidak mampu untuk menyekolahkan anaknya.
B. Rumusan Masalah
Yang menjadi
rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah:
1.
Apa
dampak mahalnya biaya pendidikan bagi masyarakat?
2.
Bagaimana
cara mengatasi dampak mahalnya biaya pendidikan?
C. Tujuan Penyusunan Makalah
Tujuan dari
penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui mengenai:
1.
Dampak
mahalnya biaya pendidikan bagi masyarakat.
2.
Cara
mengatasi dampak mahalnya biaya pendidikan.
D. Manfaat Penyusunan Makalah
Diharapkan
penyusunan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dalam rangka
menciptakan suatu konsep pendidikan murah namun berkualitas sebagai bentuk
keberpihakan kepada masyarakat yang kurang mampu.
BAB II
TELAAH PUSTAKA
A. Pengertian Pendidikan
Ki Hajar Dewantara
(Bapak Pendidikan Nasional Indonesia, 1889 - 1959) menjelaskan tentang
pengertian pendidikan yaitu: Pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk
memajukan budi pekerti ( karakter, kekuatan bathin), pikiran (intellect) dan
jasmani anak-anak selaras dengan alam dan masyarakatnya.
Ibnu Muqaffa
(salah seorang tokoh bangsa Arab yang hidup tahun 106 H- 143 H, pengarang Kitab
Kalilah dan Daminah) mengatakan bahwa : Pendidikan itu ialah yang kita butuhkan
untuk mendapatkan sesuatu yang akan menguatkan semua indera kita seperti
makanan dan minuman, dengan yang lebih kita butuhkan untuk mencapai peradaban
yang tinggi yang merupakan santaan akal dan rohani. Dalam Kamus Bahasa
Indonesia, 1991:232, tentang Pengertian Pendidikan , yang berasal dari kata
"didik", Lalu kata ini mendapat awalan kata "me" sehingga
menjadi "mendidik" artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam
memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntutan dan pimpinan
mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Dari beberapa Pengertian Pendidikan
diatas dapat disimpulkan mengenai Pendidikan, bahwa Pendidikan merupakan
Bimbingan atau pertolongan yang diberikan oleh orang dewasa kepada perkembangan
anak untuk mencapai kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup cakap
melaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain.
B. Kondisi Pendidikan Indonesia saat Ini
Kualitas
pendidikan di Indonesia sangat memprihatinkan. Ini dibuktikan antara lain
dengan data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks Pengembangan Manusia (Human
Development Index), yaitu komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan,
kesehatan, dan penghasilan per kepala yang menunjukkan, bahwa indeks
pengembangan manusia Indonesia makin menurun. Di antara 174 negara di dunia,
Indonesia menempati urutan ke-102 (1996), ke-99 (1997), ke-105 (1998), dan
ke-109 (1999).
Apa makna data
tentang rendahnya kualitas pendidikan Indonesia itu? Maknanya adalah, jelas ada
masalah dalam sistem pendidikan Indonesia. Ditinjau secara perspektif ideologis
(prinsip) dan perspektif teknis (praktis), berbagai masalah itu dapat
dikategorikan dalam 2 (dua) masalah yaitu :
Pertama,
masalah mendasar, yaitu kekeliruan paradigma pendidikan yang mendasari
keseluruhan penyelenggaran sistem pendidikan.
Kedua, masalah-masalah cabang, yaitu berbagai problem yang berkaitan
aspek praktis/teknis yang berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan, seperti
mahalnya biaya pendidikan, rendahnya prestasi siswa, rendahnya sarana fisik,
rendahnya kesejahteraaan guru, dan sebagainya.
Mahalnya pendidikan masih menjadi perbincangan dan permasalahan
masyarakat setiapkali pergantian tahun ajaran, bukan hanya terjadi pada sekolah
swasta tetapi juga sekolah yang berstatus negeri. Orangtua siswa harus berfikir
kembali untuk melanjutkan anaknya pada jenjang yang lebih tinggi akibat semakin
tingginya biaya pendidikan. Sehingga muncul kata dalam salahsatu buku Eko
Prasetyo kalau “orang miskin dilarang sekolah”.
Padahal pendidikan adalah suatu bentuk hak asasi yang harus dipenuhi dari
lembaga atau institusi yang berkewajiban memenuhinya secara merata, sehingga
semua masyarakat dalam suatu bangsa tersebut dapat menikmatinya. Bukannya hanya
ditujukan untuk orang yang mampu membayarnya. Mengingat pentingnya pendidikan
untuk semua warga, sehingga posisinya sebagai salahsatu bidang yang mendapat
perhatian serius dalam konstitusi Negara kita, dan menjadi salah satu tujuan
didirikannya Negara Republik Indonesia. Oleh karena itu Negara dalam hal ini
pemerintah wajib menyelenggarakan pendidikan secara murah dan bahkan gratis
untuk masyarakatnya.
C. Penyebab Mahalnya Biaya Pendidikan
Pendidikan
bermutu itu mahal. Kalimat ini sering muncul untuk menjustifikasi mahalnya
biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk mengenyam bangku pendidikan.
Mahalnya biaya pendidikan dari Taman Kanak-Kanak (TK) hingga Perguruan Tinggi
(PT) membuat masyarakat miskin tidak memiliki pilihan lain kecuali tidak
bersekolah. Orang miskin tidak boleh sekolah. Untuk masuk TK dan SDN saja saat
ini dibutuhkan biaya Rp 500.000,- sampai
Rp 1.000.000. Bahkan ada yang memungut di atas Rp 1 juta. Masuk SLTP/SLTA bisa
mencapai Rp 1 juta sampai Rp 5 juta.
Makin mahalnya
biaya pendidikan sekarang ini tidak lepas dari kebijakan pemerintah yang
menerapkan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah). MBS di Indonesia pada realitanya
lebih dimaknai sebagai upaya untuk melakukan mobilisasi dana. Karena itu,
Komite Sekolah/Dewan Pendidikan yang merupakan organ MBS selalu disyaratkan
adanya unsur pengusaha.
Asumsinya,
pengusaha memiliki akses atas modal yang lebih luas. Hasilnya, setelah Komite
Sekolah terbentuk, segala pungutan uang selalu berkedok, "sesuai keputusan
Komite Sekolah". Namun, pada tingkat implementasinya, ia tidak transparan,
karena yang dipilih menjadi pengurus dan anggota Komite Sekolah adalah
orang-orang dekat dengan Kepala Sekolah. Akibatnya, Komite Sekolah hanya
menjadi legitimator kebijakan Kepala Sekolah, dan MBS pun hanya menjadi
legitimasi dari pelepasan tanggung jawab negara terhadap permasalahan
pendidikan rakyatnya.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Dampak Mahalnya Pendidikan
Secara umum,
dampak dari mahalnya biaya pendidikan adalah:
1.
Lemahnya
Sumber Daya Manusia
Salah satu
sektor strategis dalam usaha pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) di
Indonesia adalah sektor pendidikan. Sektor pendidikan ini memberikan peran yang
sangat besar dalam menentukan kualitas dan standar SDM di Indonesia untuk
membangun Indonesia yang lebih baik kedepannya. Permasalahan yang ikut membawa
dampak sangat besar pada pelajar adalah permasalahan mengenai mahalnya biaya
pendidikan di Indonesia. Permasalahan ini dinilai sebagai permasalahan klasik
yang terus muncul kepermukaan dan belum selesai hingga sekarang. Padahal,
tingginya biaya pendidikan saat ini tidak sesuai dengan mutu atau kualitas
serta output pendidikan itu sendiri. Kenyataan tersebut dapat dilihat dari masih tingginya persentase pengangguran terdidik (Sarjana) yaitu sekitar 1,1
juta orang (Data BPS - 2009). Penyebab banyaknya pengangguran terdidik ini
terlihat beragam dan menjadi semakin ironis jika dilihat dari mahalnya seorang
pelajar (terdidik) telah membayar uang kuliah atau uang sekolah mereka.
2.
Lemahnya
Taraf Ekonomi Masyarakat
Pendidikan
memiliki daya dukung yang representatif atas pertumbuhan ekonomi. Salah seorang
pakar pendidikan mengungkapkan bahwa pendidikan dapat meningkatkan
produktivitas kerja seseorang, yang kemudian akan meningkatakan pendapatannya.
Peningkatan pendapatan ini berpengaruh pula kepada pendapatan nasional negara
yang bersangkutan, untuk kemudian akan meningkatkan pendapatan dan taraf hidup
masyarakat berpendapatan rendah. Sementara itu pakar lain melihat pendidikan
sebagai alat untuk menyiapkan tenaga kerja terdidik dan terlatih yang sangat
dibutuhkan dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara.
ia melihat,
bahwa pendidikan memiliki suatu kemampuan untuk menyiapkan siswa menjadi tenaga
kerja potensial, dan menjadi lebih siap latih dalam pekerjaannya yang akan
memacu tingkat produktivitas tenaga kerja, yang secara langsung akan
meningkatakan pendapatan nasional. Menurutnya, korelasi antara pendidikan
dengan pendapatan tampak lebih signifikan di negara yang sedang membangun.
Sementara itu pendapat lain melihat pendidikan menjadi sumber utama bakat-bakat
terampil dan terlatih. Pendidikan memegang peran penting dalam penyediaan
tenaga kerja. Ini harus menjadi dasar untuk perencanaan pendidikan, karena
pranata ekonomi membutuhkan tenaga- tenaga terdidik dan terlatih.
Permasalahan
yang dihadapai adalah jarang ada integrasi yang kuat antara pekerjaan dan
pendidikan yang dibutuhkan yang mengakibatkan munculnya pengangguran terdidik
dan terlatih. Oleh karena itu, pendidikan perlu mengantisipasi kebutuhan. Ia
harus mampu memprediksi dan mengantisipasi kualifikasi pengetahuan dan
keterampilan tenaga kerja. Prediksi ketenagakerjaan sebagai dasar dalam
perencanaan pendidikan harus mengikuti pertumbuhan ekonomi yang ada kaitannya
dengan kebijaksanaan sosial ekonomi dari pemerintah.
3.
Kurangya
Kesadaran Masyarakat Akan Kesehatan
Semakin tinggi
pendidikan seseorang, maka semakin sadar akan pentingnya kesehatan. Pada
jenjang pendidikan tinggi, peran pendidikan sangat sentral dalam menghasilkan
output-output yang akan berkontribusi untuk mentransformasikan pengetahuan
kepada masyarakat dalam meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan
bagi kesejahteraan bangsa Indonesia.
Untuk
mereflesikan dan mengimplementasikan manajeman kesehatan yang berkualitas, saat
ini telah banyak pendidikan-pendidikan tinggi baik universitas maupun institusi
yang telah membuka program kesehatan seperti jurusan kedokteran, manajemen
kesehatan, keperawatan, dan sebagainya. Dengan adanya program seperti ini
diharapkan terlahir generasi-generasi baru yang paham dan memiliki kemampuan
serta kredibiolitas dalam menguapayakan penyelenggaraan kesehatan bagi
masyarakat Indonesia.
B. Cara Mengatasi Mahalnya Biaya Pendidikan
Besar
kecilnya subsidi pemerintah itulah yang membuat mahal atau murahnya biaya pendidikan
yang harus dibayarkan oleh orangtua atau masyarakat. Kalau kita ingin biaya
pendidikan tidak mahal maka subsidi pemerintah harus besar. Usaha untuk
menjadikan pendidikan tidak mahal untuk dikonsumsi orangtua dan masyarakat
sebenarnya sudah dilaksanakan pemerintah indonesia, baik dengan meningkatkan
subsidi maupun membangkitkan partisipasi masyarakat.
Dalam
pasal 49 ayat (1) UU Sisdiknas disebutkan bahwa dana pendidikan selain gaji
pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20% dari APBN dan
APBD. Seandainya saja ketentuan UU tersebut direaalisasi maka sebagian
permasalahan tentang mahalnya biaya pendidikan di negara kita tentu akan
teratasi.
Usaha
kedua yang sudah dicoba oleh pemerintah ialah membangkitkan peran serta
masyarakat melalui dewan pendidikan di tingkat kabupaten/kota dan komite
sekolah/madrasah di tingkat sekolah. Sebagaimana tertera dalam pasal 56 ayat
(2) dan (3) dijamin eksistensi dan perlunya dewan pendidikan dan komite
sekolah/madrasah untuk membantu sekolah, termasuk mengatasi mahalnya pendidikan
bagi rakyat banyak.
Sebenarnya
kita sudah memiliki konsep yang bagus untuk mengatasi mahalnya biaya
pendidikan. Namun, karena kita tidak bisa menghilangkan penyakit ‘tidak
konsisten’, akhirnya biaya pendidikan kita pun masih tetap mahal bagi
masyarakat kebanyakan.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Mahalnya
pendidikan di Indonesia akan berpengaruh secara langsung terhadap:
a.
Lemahnya
sumber daya manusia
b.
Lemahnya
taraf ekonomi masyarakat.
c.
Ketidaksadaran
masyarakat akan kesehatan.
2.
Untuk
menangani masalah mahalnya biaya pendidikan, dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu:
a.
Memperbesar
dana APBN untuk pendidikan, yaitu sesuai dengan undang-undang sebesar 20% dari
total APBN.
b.
Melibatkan
unsur masyarakat, terutama mereka yang mampu secara ekonomi.
3.
Pada
dasarnya kedua solusi di atas telah dilakukan, namun kurangnya komitmen
masyarakat dan pemerintah maka mengakibatkan kedua solusi di atas tidak
berjalan sesuai dengan harapan.
B. Saran
Mahalnya
pendidikan bukan berbarti menghalangi
untuk terus melanjutkan sekolah. Jika seorang anak berprestasi dan memiliki
kemauan yang kuat, maka akan selalu ada
jalan untuk melanjutkan sekolah ke
tingkat yang lebih tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmad, Nur Uhbiyati,
(2001), Ilmu Pendidikan, Jakarta : PT Rineka Cipta
Hadari NAwawi,
(1989), Administrasi Pendidikan, Jakarta : Mas Agung
Sidarta, Prof. Dr. Made. 2004. Manajemen
Pendidikan Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sotjipto,
Raflis Kosasi, (1999), Profesi Keguruan, Jakarta : PT Rineka Cipta